Rahmad Maulizar, Pemberi Senyum dan Harapan Bagi Anak Sumbing

Hi Mom...

Pernahkah mengalami ketemu orang tapi bikin gak nyaman, karena mukanya ditekuk dan gak ada senyum di wajahnya?. Senyum memang indikasi paling mudah untuk mengetahui orang itu sedang bahagia atau ramah.

Hal seperti ini sulit dilakukan anak yang lahir dengan kondisi bibir kurang sempurna, biasa disebut bibir sumbing. Cacat lahir yang bikin orang kadang kehilangan kepercayaan dirinya di muka umum.

Penderita bibir sumbing  atau bahasa kedokterannya Labioskizis atau Cleft Lip merupakan kelainan bawaan yang terjadi ketika bibir bagian atas tidak terbentuk dengan sempurna. Sehingga seperti ada celah pada bibir.

Penyebab pasti kelainan bibir ini belum diketahui secara pasti, para ahli masih berdebat tentang hal ini. Mereka menduga ada gabungan faktor genetik dan lingkungan. 

Jika orangtua memiliki kelainan bibir sumbing, resiko diturunkan ke anak lebih besar. Sementara gaya hidup ibu yang sedang mengandung kurang baik, misalnya mengkonsumsi obat-obatan, minuman beralkohol bahkan kekurangan asam folat juga bisa memicu kelainan ini.

Bibir sumbing sebetulnya dibetulkan lewat operasi pelastik. Tapi mendengar operasi pelastik pasti yang dipikirkan pertama kali adalah biayanya, lumayan mahal berkisar antara 5 juta-47 juta rupiah. 

"Rahmad Maulizar belusukan di pedalaman Aceh. Foto: IG Rahmad Maulizar.jpeg"
Kebanyakan penderita bibir sumbing ini berasal dari keluarga tidak mampu. Makin sedih lagi kalau mereka mengalami perundungan dan jadi minder dengan kondisinya. Hal ini mengetuk hati Rahmad Maulizar lelaki asal Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat.

Pemuda kelahiran 1993 ini memang aktif mengikuti kegiatan sosial di daerahnya, melihat banyak anak-anak berbibir sumbing di Aceh. Dia terusik melihat anak-anak ini tidak bisa mengekspresikan rasa senang dan bahagia lewat senyum lebar mereka.

Bibir sumbing dan perundungan

Rahmad paham betul bagaimana rasanya dirundung karena dulu bibirnya juga sumbing. Bibirnya sumbing selama 18 tahun lamanya dia terbiasa menyendiri di dalam kelas dengan mata siaga ke segala penjuru sambil memegang ketapel, pasir dan batu. 

Setiap saat bersiap buat melawan siapa saja yang mengejek kondisi bibirnya yang gak sempurna. Ini terekam jelas diingatan Rahmad, sedih dan marah campur aduk jadi satu setiap kali temannya menirukan suaranya yang sengau.

Dia tidak hanya mengalami sumbing di bibir, tapi juga di langit-langit mulut dan di bawah hidungnya. Itu sebabnya suara sengau yang keluar dari mulutnya, tiap hari mengalami ini akhirnya jadi minder dan tidak percaya diri.

Berkali-kali bertanya sama Tuhan kenapa harus dia yang mengalami ini. Ibu jadi salah satu sumber kekuatannya selain ayah dan keluarganya yang lain. Mereka selalu memberi semangat untuk tetap kuat.

Hingga secara tidak sengaja pada tahun 2007 dia melihat berita di koran, tentang operasi bibir sumbing gratis dari Yayasan Smile Train Indonesia. Wah seperti pucuk dicinta ulampun tiba, kesempatan bagus belum tentu datang dua kali.

Bergegaslah Rahmad muda bersama ibunya menggunakan sepeda motor menuju ke Banda Aceh. Ternyata perjalanan kesana tidaklah mudah, pasca tsunami 2004 jalanan dari Meulaboh ke Banda Aceh masih rusak parah.

Bahkan ada satu saat agar lekas sampai dia harus menaikkan motornya ke atas rakit sampai beberapa kali. Kesulitan berbuah manis, Rahmad dan ibunya bisa sampai ke yayasan dengan selamat.

Yayasan Smile Train ini dalam menjalankan kegiatan amalnya sudah menjangkau ribuan anak berbibir sumbing di Aceh hingga dunia. Sudah lebih dari 85 negara merasakan bantuan perawatan sumbing  komprehensif dari yayasan ini.

Setelah semua proses pendaftaran terpenuhi, Rahmad memenuhi persyaratan untuk di operasi bibir sumbingnya dengan gratis. Karena bibir sumbingnya sangat kompleks dia harus menjalani operasi bertahap sebanyak 5 kali dari tahun 2008-2010.

"Rahmad Maulizar dengan seyum bahagianya. Foto: IG Rahmad Maulizar.jpeg"
Tahun 2011 jadi momentum yang tidak akan dia lupakan seumur hidup, bibir sumbing yang selalu membuat mentalnya down dan tidak percaya diri sudah hilang. Operasi bertahap yang dilakukan dokter berhasil dengan baik.

Rahmad bisa tersenyum dengan lebar, senyum yang selama ini tidak pernah hadir di wajahnya. Kepercayaan dirinya tumbuh pesat, perlahan tapi pasti tahun 2018 dia bisa menyelesaikan kuliahnya dan menikah dengan gadis bernama Noviani.

"Rahmad Maulizar bersama Istri dan Anaknya. Foto: IG Rahmad Maulizar.jpeg"
Sembuh dari bibir sumbing? kenapa enggak

Kebahagiaan yang dia dapat setelah bibir sumbingnya berhasil di operasi pelastik dengan gratis membuat ayah dari Phoenna Misya Maulizar bergabung di Yayasan Smile Train Indonesia area Aceh, sebagai relawan bibir sumbing Aceh.

Mimpinya hanya satu membuat anak berbibir sumbing khususnya di Aceh, bisa tersenyum dan mempunyai kepercayaan diri dalam kehidupannya seperti yang dia jalani sekarang.

Maka tak heran putra dari pasangan Ozer dan almarhumah Nurhayati ini rela belusukan ke pedalaman Aceh dengan medan yang menantang demi merangkul dan mendata anak yang berbibir sumbing, untuk dioperasi gratis yang dilakukan yayasan setiap tahun.

Apa yang dia lakukan bersama Yayasan Smile Train Indonesia bisa memberikan harapan baru kepada generasi Aceh. Agar mereka bisa berbaur di tengah-tengah masyarakat tanpa rasa minder dan tertekan.

Jenjang usia yang dibantu untuk operasi bibir sumbing gratis ternyata beragam bukan hanya anak balita tapi juga orang dewasa. Makanya Rahmad rela berkeliling Aceh berjam-jam lamanya biasanya dia lakukan dua kali dalam sebulan, demi memberikan informasi serta ajakan untuk operasi bibir sumbing gratis.

"Rahmad Maulizar di pedalaman Aceh. Foto: IG Rahmad Maulizar.jpeg"
Biasanya nih dia mendatangi ibu-ibu yang lagi berkumpul dan duduk santai berkumpul bersama sambil ngerumpi, karena informasi justru banyak dia dapat mereka termasuk siapa saja anak-anak dan orang dewasa dengan kondisi bibir sumbing.

Setelah itu dia langsung mendatangi rumah tempat anak-anak atau orang dewasa yang memiliki bibir sumbing.

Kesulitan saat belusukan di pedalaman berakhir?

Ternyata tantangannya lebih besar lagi, karena tidak semua orang bersedia didatangi orang asing yang mengiming-imingi operasi bibir sumbing dengan gratis. Tindakan penolakan mereka lebih menyakitkan.

Bayangkan dicaci maki, disiram air bahkan dianggap penipu jadi cobaan Rahmad selanjutnya. Belum lagi mereka menganggap bibir sumbing sebagai aib dan kutukan menambah kesulitan untuk meyakinkan warga.

Bukan Rahmad Maulizar namanya kalau dia berhenti ditengah jalan, cobaan lebih berat sudah dia rasakan selama 18 tahun dari saat dia masih belia dan tidak berdaya. 

Berbekal tekad kuat untuk memberikan secercah harapan dan senyum bahagia di wajah anak-anak itu serta pengetahuan yang dia dapat berdasarkan pengalaman hidupnya dia terus berusaha membujuk mereka untuk ikut program operasi bibir sumbing gratis.

Yayasan Smile Train Indonesia yang berkolaborasi dengan rumah sakit Malahayati Banda Aceh dan Rumah Singgah Mahasiswi UGM memastikan pasien tak perlu khawatir soal biaya.

"Rahmad Maulizar bersama keluarga pasien. Foto: IG Rahmad Maulizar.jpeg"
Keluarga pasien hanya perlu mengisi data dan memastikan : 

  • Fisik pasien harus sehat.
  • Untuk operasi bibir sumbing, pasien minimal berusia 3 bulan dengan berat badan 5 kg.
  • Untuk operasi langit-langit bocor, pasien minimal berusia 9 bulan dengan berat badan 10 kg.
Percaya gak waktu itu saja dari tahun 2017 sampai 2022 sudah ada 6000 orang yang bisa tersenyum bahagia karena berhasil dia bujuk untuk operasi pelastik bibir sumbingnya.
"Rahmad Maulizar mendata calon pasien. Foto: IG Rahmad Maulizar.jpeg"
Sebanyak dan sesibuk itu yang dialami rumah sakit Malahayati Banda Aceh. Saat masih pandemi dalam seminggu rumah sakit tersebut bisa mengoperasi 5-7 orang pasien bibir sumbing.

Dapat Penghargaan ASTRA

Selama 10 tahun berjuang untuk orang lain sejak operasi bibir sumbingnya berhasil dengan sukses, rekam jejak Rahmad Maulizar dilirik PT ASTRA Internasional tbk.

ASTRA punya program penghargaan bernama Satu Indonesia Award yang diberikan kepada anak muda yang berkontribusi positif bagi masyarakat dan lingkungan.

Puncaknya pada tahun 2021 Rahmad Maulizar akhirnya mendapat penghargaan Satu Indonesia Award untuk bidang kesehatan kategori Pemberi Senyum dan Harapan Baru untuk Anak Sumbing. 

“Ini adalah panggilan hati, memberikan uluran tangan kita membantu anak istimewa yang terlahir dengan bibir sumbing untuk kembali bersemangat menjalani masa depan yang lebih cerah,”. Kata Rahmad Maulizar.

Semoga semakin banyak anak muda yang tersebar di seluruh Indonesia bisa terinspirasi semangat Rahmad Maulizar.

"Rahmad Maulizar Relawan  Yayasan Smile Train Indonesia. Foto: IG Rahmad Maulizar.jpeg"

Komentar