Empat Hari di Semarang, Serunya Liburan Tanpa Itinerary

Hi Mom...

Masih ingat gak kalau gw dan genk kuliah punya agenda setiap awal tahun staycation bareng? karena ada dua orang yang menikah dengan WNA dan mereka pulangnya selalu awal tahun. Mila tinggal di Amerika dan  Bonny saat ini ikut suami yang sedang tugas di Bangkok.

Perjalanan terakhir kami menginap 4 hari di garut, hanya beberapa beberapa minggu sebelum lockdown. Otomatis sejak itu mereka berdua juga gak bisa ke luar negaranya.

"Gereja Blenduk, Kota Lama Semarang 1.jpeg"
Tahun 2023 kayaknya sih kita kepinginnya liburan bareng lagi, gw pingin banget ke Semarang. Sayang karena satu dan lain hal hanya ada 4 orang yang punya keinginan sama, Gw, Ita dan Mila. Jumlah ganjil jadi genap karena  keponakan bulenya Mila, Genevieve atau Vivi ikut travelling ke Indonesia.

Semarang jadi pilihan, karena jadwal Mila dengan keluarga suaminya yang dari Amrik padat banget. Seluruh pelosok Indonesia kayaknya bakal dijelajah kecuali Semarang, maklum baru keluar kandang sekarang setelah tiga tahun gak bisa kemana-mana.

Buat Ita yang bakal jadi teman sekamar,  Semarang sudah hafal luar dalam, udah khatam buat dia😁. Sedangkan buat Mila, Vivi dan gw Semarang akan jadi kunjungannya yang pertama kali.  

Impian gw kalau ke sana cuma pingin makan lumpia kesukaan sepuasnya plus ke toko Oen. Yaoloh sederhana banget ya kan.

Bahkan cari hotel pun yang kita semua suka, Hotel HarrisπŸ’–So.... akhirnya kita sepakat liburannya ngalir gitu aja, gak usah ada yang diuber. 

"Hotel Harris Semarang.jpeg"
Yang ada di depan mata aja didatangi, lebih gampang ngaturnya karena hanya 4 orang. Masih gamang juga kan 3 tahun gak liburan bareng. 

Hari pertama

"Yaaay Berangkat.jpeg"
Ita beli tiket gak sengaja di tanggal merah liburan Imlek, karena hanya dari tanggal itu yang klop sama kita berempat. Tapi ternyata malah banyak kejutan manis yang gak terduga.

Kayak ada pembagian jeruk yang super duper manis dari pramugari KAI untuk seluruh penumpang. Ada juga pertunjukan barongsai di dalam kereta, widiiiiw kerenlah.

"Suasana Imlek di KAI.jpeg"
Ibu-ibu chinese yang duduk di bangku depan gw ngasih amplop merah khas imlek buat angpau. Katanya buat ngasih uang tip para pemain barongsai sip makasih cici.

Seru lah semua penumpang nungguin barongsai masuk yang bunyi musiknya (waoooow musiiik) sudah terdengar dari gerbong belakang. Semua sibuk foto sama ngevideoin si pemain barongsai, berkesaaaan banget buat gw kayaknya kalau mau ke sana lagi pas Imlek aja deh.

Sampai Semarang langsung cek in, beberes terus cari makan siang. Kalau ini sudah diniatkan untuk makan siang di D'Kambodja Heritage milik perancang Anne Avantie.

"Ita & Hance, D'Kambodja Heritage.jpeg"
"D'Kambodja Heritage.jpeg"
"Ita, Hance, Mila & Vivi. D'Kambodja Heritage1.jpeg"
"Ita, Hance, Mila & Vivi. D'Kambodja Heritage2.jpeg"
Makanannya tradisional jawa yang lengkap dengan jajanan-jajanan pasar. Lokasinya di atas bukit dan tempat makannya juga instragamable banget dengan harga yang gak murce. Ya lumayanlah minimal makanan sama suasananya asik ye kanπŸ˜‹.

"Makanan Tradisional, D'Kambodja Heritage.jpeg"
Nah pulangnya kita mampir ke gedung 1000 pintu atau Lawang Sewu yang pernah dipakai syuting film horor. 

Katanya ngetrip ke Semarang kayaknya gak afdol kalo gak berkunjung ke Lawang Sewu, karena ini salah satu ikon kota Semarang yang berlokasi di Simpang Lima. Saat ini lawang sewu jadi museum perkeretaapian di Indonesia dari masa ke masa.

"Lawang Sewu1.jpeg"
"Lawang Sewu2.jpeg"
Gak sempat juga ngitungin bener gak ada 1000 pintu, yang jelas pintunya banyak. Gedung peninggalan Belanda ini memang dulunya sengaja membangun pintu yang banyak di setiap ruangannya sebagai sirkulasi udara.

Saat di sana gw terpukau sama area di atas tangga yang dihiasi kaca patri besar. Tapi gak pingin lama-lama di dalam😁 entah kenapa.
"Lawang Sewu3.jpeg"
Nah kaca patri ini menggambarkan lambang Kerajaan Belanda, lambang NIS dan orang Belanda. Kaca indah dan berukuran sangat besar diimpor langsung dari Belanda pada masa penjajahan Belanda.

Kalau lagi liburan acara diet dikurangin sedikit, jadi pas malam kita kelayapan cari makan. Di halaman belakang Museum Mandala Bhakti ternyata jadi tempat makan dan ada live musicnya. Lumayanlah bisa ikutan nyanyi sampai puas terbukti suara sampai serak.

Di hari pertama ini juga kami bertemu dengan pengemudi Grab yang baik banget dan sudah biasa nganterin turis asing atau lokal ke tempat wisata. Namanya Mas Syahid Purwanto (083842176959), cuuus yang mau keliling-keliling Semarang bisa hubungi mas Syahid ya.

Nah dari mas Syahid ini kita dapat ide buat hari kedua, ke beberapa tempat yang lokasinya cakep banget. 

Hari Ke-dua 

Berdasarkan ide mas Syahid, kita berangkat jam 8  daerah  Bawen (sekitar 1 jam dari Semarang) menuju  Dusun Semilir. Destinasi yang masih baru ini punya perosotan 7 warna alias pelangi, memang pingin gw datangin tapi karena gak pakai perencanaan jadi lupaπŸ˜‹.

"Dusun Semilir 1.jpeg"
Udara menuju kesana sejuk mirip kayak di puncak gitu sementara Lokasi sama bentuk bangunanya serasa di negeri dongeng. Dari jauh sudah terlihat beberapa kubah stupa berukuran raksasa yang merupakan ikon dari Dusun Semilir

Harga tiket masuknya pas weekday 25 ribu per orang tapi sudah dapat kupon buat ditukar minuman dingin. Sementara untuk masuk wahana yang ada di dalam kita bayar lagi, waktu itu kita pilih perosotan pelangi aja deh. Kalau gak salah kita bayar per orang 15 ribu.

Perosotan pelangi Dusun Semilir ini tingginya kurang lebih 30 meter (setara gedung 5 lantai), jadi untuk menuju kesana kita naik salah satu stupa yang punya jalan melingkar ke atas. Lumayan bakar kalori, Ahamdullilah gw gak sesak nafas😁.

Ciut juga hati kita pas sudah sampai di atas rasanya gw pingin keluar antrian aja deh wkwkwkw. Untung yang di depan gw semuanya gak ada jejeritan atau nangis pas mau di dorong turun.

"Perosotan Pelangi 1.jpeg"
Ya sudahlah sudah sampai di sini masa mundur, jadilah kita masing-masing pilih lajur warna buat turun. Gw pastinya pilih warna kuning, dan ternyata seruuuuuu. Rasanya pingin ngulang lagi, sayang harus naik jalan melingkar itu lagi bikin mager.

"Perosotan Pelangi 2.jpeg"
Sisanya kita foto-foto dan makan cemilan di sana. O iya kita sempat beli duren dan minta Vivi buat nyicip sepotong, seperti bule kebanyakan gak suka dong sama bau dan rasanya, tapi Vivi ini sopan banget dia tetep telan si duren, but enough katanya hi..hi...

Lanjut makan siang mas Syahid nyaranin ke Pondok Kopi Umbul Sidomukti yang terletak di lereng gunung Ungaran. Pantas duingiiin banget bahkan berkabut, jalanan menuju kesana gak terlalu lebar dan  menanjak. Untung mobil mas Syahid baru  ganti ban, amaaan.

"Pondok Kopi Umbul Sidomukti 1.jpeg"
"Pondok Kopi Umbul Sidomukti 2.jpeg"
Sayangnya tempat makannya selain rame, pelayanannya jadi lama plus makanannya B aja sih. Tapi pemandangan dan udaranya juara, persis di luar negeri plus dingin dan berkabut. (Highlight Perjalanan di Semarang)
"Makanan di Pondok Kopi Umbul Sidomukti.jpeg"
Mau ke tempat satu lagi yang punya pemandangan sama, kayaknya sudah kesorean jadi kita balik masuk ke kota semarang lagi. Mampir dulu ke salah satu penjual lumpia atau di Semarang disebut lunpia gerobakan di pinggir jalan, yang katanya gak kalah enak dari lumpia yang bermerek.

"Lunpia Mataram Pak Warsono.jpeg"
Namanya  Lunpia Mataram Pak Warsono Jl. Mt. Haryono 605 Semarang (081911507391). Yang jual Pak Warsono usianya sudah agak sepuh, secara gw sudah yatim piatu lihat orang tua kayak gini rasanya pingin cium tangankan.

Biasanya dia berjualan ditemani anaknya bernama mas Eko. Jadi setelah kulit lumpia selesai diisi dengan rebung dan teman-temannya (isiannya berlimpah) anaknya langsung menggoreng dan meniriskan si lumpia ini setelah sebelumnya ditusuk bagian bawah kulit lumpia  biar minyaknya keluar semua.

Sayangnya cuma gw yang doyan pakai banget sama lumpia Semarang ini, Ita cuma suka tapi gak harus khusus nyari cemilan lumpia enak. Sedangkan Mila kayak melihat dan mencium makanan dari planet Pluto.

"Makanan apa ini, kok aromanya gini,",  ya ampun Mila kelamaan ini anak tinggal di Amrik dan belum pernah nyobain lumpia pas masih di Jakarta. Dia coba makan sepotong, tapi hapis itu dilepeh ke tisu wkwkwkwkw, "Maaf ya gw gak bisa," kata Mila.

Fix gak usahlah dicobain juga ke Vivi, tadi siang dia sudah disiksa diminta makan duren. Hu...hu... padahal lumpia itukan enak banget, apalagi makannya pakai acar, saus kentalnya plus lokio (bawang berukuran kecil) sluuurp jadi ngiler nulis begini.

Hari kedua ini kita tutup dengan mampir ke Kampung Batik Semarang. Dari pertama masuk kita disuguhkan mural-mural yang instagramable cocok buat yang suka foto.

"Kampung Batik, Semarang 1.jpeg"
Hampir semuanya berjualan batik yang lokasinya jadi satu dengan tempat tinggal, bahkan kalau mau belajar membatik juga bisa disana. karena sudah sore, kita pilih yang paling ujung yang rumahnya paling besar, berharap pilihan batiknya lebih banyak di sana.

"Kampung Batik, Semarang 2.jpeg"
Hari Ke-tiga

Agenda kita ke Kota Lama Semarang, Kampung Batik kelenteng Sam Poo Kong sama Toko Oen. Berhubung Ita masuk angin dan tulangnya sakit semua dari kemarin, dia pingin pijet dulu. Nanti dia ngabarin kalau sudah selesai.

Kita Bertiga menyambangi gereja Blenduk yang terkenal di Kota Lama Semarang. Bangunan lawas ini merupakan peninggalan Belanda, tapi yang membangun adalah bangsa Portugis pada 1753.

"Gereja Blenduk, Kota Lama Semarang 1,jpeg"
Dulu sih bangunannya sederhana banget, tapi sekarang jadi bangunan yang cantik dengan taman di sampingnya. Kebetulan di sana ada bapak-bapak yang bantuin kita foto, kayaknya dia sudah tahu angle yang pas buat foto. Sayang gw lupa ngasih tip dan nanya namanya.

"Gereja Blenduk, Kota Lama Semarang 2,jpeg"
Kelar foto-foto kita keliling kurang lebih 3 kali di kota lama padahal sudah tengah hari bolong, sampai gosong kulit gw yang masih agak putih hanya kulit di bawah tali jam hiiiiks. Gw lupa lagi jalan sama Mila dan keponakan bulenya yang hobi jalan, sampai memar paha dan betis.

"Kota Lama Semarang,jpeg"
Kita sempat ke Kampung Batik lagi yang ada di ujung Kota Lama. Kita datangi beberapa rumah penjual batik yang kemarin gak sempat kita sambangi. Ternyata rezeki buat semuanya, ada beberapa baju batik yang dibeli vivi dan Mila bahkan gw dapat rok batik cantik buat Nayla.

Kelar dari Kampung Batik pesan gocar untuk ke Sam Poo Kong. Ini adalah kelenteng atau kuil Cina tertua di Semarang. Megah banget deh kelenteng agama Budha ini, serasa kayak lagi syuting film Karate Kid. 

"Sam Poo Kong 1.jpeg"

"Sam Poo Kong 2.jpeg"
Sayang walau kita sudah bayar 2 pintu masuk (yang pertama hanya bisa di bagian tengah seperti aula dan banyak di jual pernak-pernik oleh-oleh dan makanan, yang kedua bisa sampai halaman depan beberapa kelenteng utama yang besar dan megah) kita gak bisa masuk sampai bagian dalam.

Hanya yang ingin beribadah bisa masuk sampai pelataran dan bagian dalam kelenteng. Mila bilang kita pura-pura aja bilang mau sembahyang, lah eke berhijab gimana mau nyamar wkwkwkwk.

"Sam Poo Kong 3.jpeg"
"Sam Poo Kong 4.jpeg"

Padahal gw tertarik banget sama bedug dari kulit sapi berukuran besar yang ada di salah satu kuil. Ada Jejak penjelajah muslim di sana, ada salah satu legenda yang paling terkenal kunjungan Laksmana San Poo Tay Djien atau yang dikenal dengan nama populer Cheng Ho, di Semarang, Jawa Tengah.

"Bedug di Sam Poo Kong.jpeg"
Klenteng Sam Poo Kong yang berdiri tegak di kawasan Bukit Simongan menjadi saksi bisu penjelajahan Cheng Ho menyebarkan agama Islam di Indonesia. Ceritanya Cheng Ho  "terpaksa" berlabuh pada tahun 1416, karena juru mudi kapalnya, Ong Keng Hong, sedang sakit keras. 

Cheng Ho terpaksa meninggalkan Ong Keng Hong karena harus melanjutkan perjalanan. Kondisi Ong Keng Hong bersangsur membaik setelah dirawat oleh beberapa awak kapal yang menetap bersama warga Bukit Simongan.

Setelah membaik, Ong Keng Hong dan awak kapal lainnya mulai menyebarkan agama Islam. Mereka juga selalu menceritakan sosok Cheng Ho yang berani serta bijaksana, begitu ceritanya makanya ada Bedug raksasa di sana.

"Anak Buahnya Sam Poo Kong 😁.jpeg"

Kelar foto-foto kita pesan gocar lagi buat lanjut ke Toko OenAuranya mirip Ragusa yang Jakarta, sama-sama sudah ada sejak zaman Belanda. 

"Toko Oen 1.jpeg"
Bedanya restauran milik keluarga ini tempatnya lebih luas dan dia juga menjual cake dan kue-kue kering rumahan tentunya pakai resep otentik  yang kadang sudah susah dicari. 

Oen Tjoen Hok dan Liem Gien Nio mendirikan toko ini pada tahun 1910 namaya Toko Oen. Outlet pertama di Yogyakarta, terus buka cabang di Jakarta, Malang dan Semarang. Yang bertahan hanya di Semarang dan Malang.

Untuk cita rasa ice creamnya yang jaman dulu agak mirip-mirip Ragusa. Sayang spaghetty aglio e olionya hambar, isinya sepi blaas rasanya cuma asin aja. Yah gw kan cuma FOMO yang katanya kalau ke Semarang ya harus ke Toko OenπŸ˜‹.

"Toko Oen 2.jpeg"
Di Toko Oen ini akhirnya Ita bisa nyusul kita bertiga setelah kelar pijet. Kelar makan langsung pulang ke hotel, rencananya nanti malam mau makan soto bangkong.

Habis maghrib kita jalan kaki dari hotel ke Soto Ayam Bangkong di samping kantor pos Bangkong. Akhirnya makan soto Bangkong langsung di tempat aslinya, sotonya enak, jenis yang bening dan segar gitu apalagi pas dikasih sambal sama kecap terus dikucurin jeruk nipis. Kalau suka bisa pakai nasi,  sate usus atau ati ampela.

"Soto ayam bangkong 1.jpeg"
"Soto ayam bangkong 2.jpeg"
Hari Ke-empat, Pulaaaaang....

Kelar sarapan enak di restaurannya hotel Harris kita beli oleh-oleh dulu sebelum cek out. 

"Sarapan Hotel Harris Semarang.jpeg"
Kemarin sudah dikasih tahu kalau mau beli oleh-oleh yang lengkap di Jalan Pandanaran kayak wingko babat, madumongso, bandeng Juwana dan lunpia.

"Jalan Pandanaran, Semarang.jpeg"
"Oleh-oleh Semarang.jpeg"
Kelar beli oleh-oleh kita balik hotel, mandi beberes sekalian cek out dan titip barang karena kereta kita baru berangkat sore. Kita cari makan siang di Mal baru lanjut ambil barang dan ke stasiun kereta.

"Stasiun KAI Semarang.jpeg"
Ngetrip kali ini gak pakai intinerary neko-neko ngalir aja dan gak terlalu banyak permintaan karena hanya ada 4 kepala. Masih bisa leyeh-leyeh di kamar, yang hobi jalan masih bisa menyalurkan energinya buat jalan kaki. Santuy bangetlah semoga tahun-tahun selanjutnya bisa ngetrip dengan formasi lebih kumplit.

Makasih buat yang sudah mampir di blog, jaga kesehatan tetap lakukan protokol kesehatan  seperti biasa. Tapi yang paling penting harus bahagia ya bye...

Komentar

  1. Aku juga sukaaaaa banget Ama lumpia. Ya Allah bisa abis banyak kalo makan itu 🀣🀣. Tp ga doyan sausnya mbaa, terlaku manis . Jadi tiap makan lumpia, aku pake lokionya dan cabe rawit ijo aja. Biar pedes. Kalo pun pake saus, ttp digigit si rawit ijo 🀣.

    Aku tuh yaa slide warna warni kayak di atas pengen bgt naikin juga. Tapi kemarin pas naik slide yg mirip itu, cuma Di escape waterpark, dan ada karet utk meluncurnya, aku udh serem aja bakal kebalik 🀣🀣🀣. Mana yg begitu ga pake oengaman hahahah..nah slide pelangi di Semarang ini aku kuatirnya juga gitu. Kebalik kan ga lucu hahahah.

    Toko oen aku pernah mampir dulu. Tapi pas tahu menunya ada pork, suamiku langsung nyuruh kluar, dia lebih ketat soal makanan 😁. Jadi aku ga sempet Icipin. Cuma memang banyak yg bilang overpriced sih mba, dibanding rasa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Walah ada porknya ya, aku juga ketat soal ini hiks. soalnya banyak teman-teman yang aku tahu muslim makan di sini. Untung pas bawa Nayla ke Semarang, aku gak ajak kesini thanks infonya mba Fanny. Kalau yang seluncuran kayak begini memang yang paling ditakutin ke jungkel ya wkwkwkw pengamanannya minim.

      Hapus
  2. Wah , semarang komplit ya wisatanya. Kuliner yang aku suka lumpia , samatahu gimbalnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah iya aku lupa cari tahu gimbal pas kesana padahal aku juga suka☺

      Hapus
  3. Semarang oh semarang, kapan ku bisa berkunjung kesana lagi... :D

    BalasHapus
  4. Alhamdulillah Semarang tidak mengecewakan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar banget mas, bahkan aku pingin balik lagi masih ada tempat dan makanan yang belum di explore

      Hapus

Posting Komentar