Ini tulisan pop di FB, gw share disini biar Nayla ikut baca ya sayang.
Suara bayi menyeruak di keheningan malam. Ketika itu, jarum jam menunjukkan pukul 01.30 dinihari. Tidak lama berselang, suster membawa bayi mungil itu ke luar ruang operasi. Benar-benar mungil, karena beratnya hanya 2,4 kilogram, lahir melalui operasi cesar.
Suara bayi menyeruak di keheningan malam. Ketika itu, jarum jam menunjukkan pukul 01.30 dinihari. Tidak lama berselang, suster membawa bayi mungil itu ke luar ruang operasi. Benar-benar mungil, karena beratnya hanya 2,4 kilogram, lahir melalui operasi cesar.
Bayi itu kami beri
nama Alanis Nayla Ramadhani. Nama Alanis dipilih karena saya dan istri
adalah fans Alanis Morisette.
Sedangkan nama Nayla dipilih istri saya dengan harapan semua yang diinginkannya bisa terkabul. Nama Ramadhani karena bayi itu lahir tepat di bulan Ramadhan, tepatnya pada 12 Oktober 2006 di Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta Timur.
Hampir tujuh tahun berselang, bayi mungil itu sudah bertransformasi. Beratnya bukan lagi 2,4 kilogram, tapi sudah 22 kilogram, sudah berat untuk digendong.
Sedangkan nama Nayla dipilih istri saya dengan harapan semua yang diinginkannya bisa terkabul. Nama Ramadhani karena bayi itu lahir tepat di bulan Ramadhan, tepatnya pada 12 Oktober 2006 di Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta Timur.
Hampir tujuh tahun berselang, bayi mungil itu sudah bertransformasi. Beratnya bukan lagi 2,4 kilogram, tapi sudah 22 kilogram, sudah berat untuk digendong.
Pipinya tembem dan perut agak buncit, Nayla sudah memulai perjalanan
menuju dewasa dengan masuk sekolah di SDN 01 Cipinang atau lebih beken
dengan nama SD Kuda Laut.
Sepertinya baru kemarin saya dan istri mengantarkan Nayla untuk sekolah di PAUD dekat rumah. Ketika itu umurnya baru 3,5 tahun.
Sekolah di PAUD itu merupakan permintaan Nayla sendiri. Dia melihat anak tetangga yang tiap pagi menggunakan baju sekolah. Lalu, muncullah permintaan itu. Setelah tanya kanan-kiri, akhirnya Nayla pun kami masukkan ke PAUD. Jaraknya hanya sekitar 10 menit berjalan kaki dari rumah.
Hari pertama, Nayla belum dapat
seragam dan masih menggunakan baju bebas. Belum ada teman yang dikenal
tentunya. Ketika pelajaran dimulai, sang guru mulai mengabsen nama murid
balitanya satu demi satu, termasuk Nayla. Proses absensi selesai, sang
guru pun langsung bertanya kepada seluruh murid ciliknya.
“Siapa yang mau nyanyi di depan kelas,”kata sang guru.
“Saya bu guru……!!!!!”kata salah satu murid cilik di PAUD itu.
Saya dan istri yang memang menunggu Nayla di hari pertama PAUD langsung kaget. Kaget, karena suara teriakan itu sepertinya familiar. Dan memang benar dugaan kami berdua, suara itu adalah suara Nayla.
Sepertinya baru kemarin saya dan istri mengantarkan Nayla untuk sekolah di PAUD dekat rumah. Ketika itu umurnya baru 3,5 tahun.
Sekolah di PAUD itu merupakan permintaan Nayla sendiri. Dia melihat anak tetangga yang tiap pagi menggunakan baju sekolah. Lalu, muncullah permintaan itu. Setelah tanya kanan-kiri, akhirnya Nayla pun kami masukkan ke PAUD. Jaraknya hanya sekitar 10 menit berjalan kaki dari rumah.
Nay di PAUD |
“Siapa yang mau nyanyi di depan kelas,”kata sang guru.
“Saya bu guru……!!!!!”kata salah satu murid cilik di PAUD itu.
Saya dan istri yang memang menunggu Nayla di hari pertama PAUD langsung kaget. Kaget, karena suara teriakan itu sepertinya familiar. Dan memang benar dugaan kami berdua, suara itu adalah suara Nayla.
Tanpa
malu-malu, dia ke depan kelas dan menyanyikan lagu bintang kecil. Ikut
bangga ketika melihat Nayla dengan penuh percaya diri melantunkan lirik
demi lirik lagu bintang kecil.
Satu tahun di PAUD, Nayla pindah ke TK Bentara Indonesia II. Lokasinya juga tidak jauh dari PAUD. Beda dengan anak TK lainnya, si tembem ini gak pernah mau kalau ditungguin di sekolah.
Dia lebih senang ngobrol sama teman sebangkunya. Bahkan, kalau
saya dan istri ikut nunggu di luar sekolah pun, Nayla sama sekali tidak
peduli. Dia tidak pernah nangis kalau melihat saya atau istri tidak ada
di luar sekolah.
Bahkan, kalau saya atau istri telat jemput ke sekolah, sama sekali tidak ada protes. Karena, dia masih asik main sama teman-temannya. Jadi, sebenarnya menyenangkan melihat dia sangat enjoy dengan sekolah dan teman-teman barunya itu.
Nayla hanya satu tahun di TK. Ketika lulus, umurnya baru 5,5 tahun. Belum cukup untuk masuk SD, kecuali swasta. Pertanyaan berikutnya adalah, apakah kami akan memaksakan Nayla untuk langsung masuk SD, perpanjang sekolah di TK lagi, atau menunggu sampai umurnya cukup dan hanya ikut les.
Pilihan jatuh kepada opsi nomor tiga, menunggu sampai tahun depan untuk masuk SD dan ikut les. Umur 5,5 tahun itu adalah umur dimana anak-anak harusnya bermain, jadi biarlah Nayla tetap bermain dulu sebelum sekolah di SD.
Satu tahun di PAUD, Nayla pindah ke TK Bentara Indonesia II. Lokasinya juga tidak jauh dari PAUD. Beda dengan anak TK lainnya, si tembem ini gak pernah mau kalau ditungguin di sekolah.
Nay ketika di TK bentara II |
Bahkan, kalau saya atau istri telat jemput ke sekolah, sama sekali tidak ada protes. Karena, dia masih asik main sama teman-temannya. Jadi, sebenarnya menyenangkan melihat dia sangat enjoy dengan sekolah dan teman-teman barunya itu.
Nayla hanya satu tahun di TK. Ketika lulus, umurnya baru 5,5 tahun. Belum cukup untuk masuk SD, kecuali swasta. Pertanyaan berikutnya adalah, apakah kami akan memaksakan Nayla untuk langsung masuk SD, perpanjang sekolah di TK lagi, atau menunggu sampai umurnya cukup dan hanya ikut les.
Pilihan jatuh kepada opsi nomor tiga, menunggu sampai tahun depan untuk masuk SD dan ikut les. Umur 5,5 tahun itu adalah umur dimana anak-anak harusnya bermain, jadi biarlah Nayla tetap bermain dulu sebelum sekolah di SD.
Ketika masuk SD, waktu akan berjalan dengan cepat sehingga porsi
bermain sedikit demi sedikit akan berkurang tentunya. Toh, masa
kanak-kanak hanya ada satu kali dalam hidup Nayla. Itulah pertimbangan
kami berdua untuk tidak memasukkan Nayla ke SD di umur 5,5 tahun.
Selama satu tahun, Nayla ikut les baca, les ngaji di TPA dan les balet. Dia sudah mulai bisa membaca, meski awalnya di eja. Nayla juga udah hafal alif, ba, ta, tsa di TPA (Sekarang sudah Iqro 3).
Nayla juga udah tampil di sekolah TKnya, TK Bentara dan di atas panggung dengan teman-teman baletnya. Semua aktivitas itu dilakukan Nayla dengan penuh riang.
Lalu, tibalah saat untuk mencari SD. Di dekat rumah kami di Rawamangun, ada dua SD favorit yaitu SD Kuda Laut dan SD Lab School. Dua SD itu yang jadi pilihan pertama dan kedua.
Selama satu tahun, Nayla ikut les baca, les ngaji di TPA dan les balet. Dia sudah mulai bisa membaca, meski awalnya di eja. Nayla juga udah hafal alif, ba, ta, tsa di TPA (Sekarang sudah Iqro 3).
Nayla juga udah tampil di sekolah TKnya, TK Bentara dan di atas panggung dengan teman-teman baletnya. Semua aktivitas itu dilakukan Nayla dengan penuh riang.
Lalu, tibalah saat untuk mencari SD. Di dekat rumah kami di Rawamangun, ada dua SD favorit yaitu SD Kuda Laut dan SD Lab School. Dua SD itu yang jadi pilihan pertama dan kedua.
Yang bikin kami deg-degan adalah, proses seleksi SD tahun ini tidak
melalui tes tetapi berdasarkan umur. Siswa yang umurnya 7 tahun hampir
pasti lolos seleksi.
Bulan Juni 2013, Nayla baru 6 tahun 8 bulan. Harusnya sih bisa lolos di SD Kuda Laut. Tapi, proses seleksinya ternyata bikin jantung copot.
Pada pengumuman hari pertama, Nayla ada di posisi 16. Hari berikutnya turun ke posisi 22. Wah, udah gawat ini. Karena, tahap pertama hanya akan ada 25 siswa yang dipilih melalui jalur umum.
Kalau tidak lolos, maka para orangtua murid akan ikut tahap kedua yaitu jalur lokal. Artinya, sekolah yang dipilih adalah sesuai dengan KTP. Karena KTP kami berdua di Cipinang Besar Utara, maka sekolah yang dipilih adalah di sekitar Jatinegara. Lumayan jauh dari rumah.
Hari ketiga pengumuman, sebenarnya sudah pasrah aja, di sekolah mana aja yang penting Nayla sekolah. Ketika pengumuman ditutup, nama Nayla ada di posisi 25, yup, posisi paling buncit untuk seleksi tahap pertama. Alhamdulillah, akhirnya bisa masuk SD favorit.
Kemarin, Senin
15 Juli, Nayla mulai masuk sekolah. Dengan baju putih dan rok putih,
Nayla sudah tidak sabar lagi untuk berangkat sekolah. Lepas sahur, kami
bertiga shalat Subuh berjamah. Setelah itu, Nayla nonton Sailor Moon di
TV dan sekitar jam 05.40 mandi.
Semua ritual itu selesai pada pukul 06.10. Lalu, mulailah kami menuju SD Kuda Laut. Perasaan senang, bangga, terharu melihat Nayla menggunakan seragam SD. Sepertinya belum lama saya diantar sekolah masuk SD oleh kedua orangtua saya. Sekarang, giliran saya yang merasakan itu.
Saya dan istri menemani Nayla masuk ke
ruangan, memilih bangku di paling depan. Kebetulan bangku itu sudah ada
penghuninya dan Nayla duduk di sampingnya. Saya langsung minta Nayla
untuk kenalan sama teman barunya. Tapi dia tidak mau. Saya langsung
keluar dari kelas itu.
Ketika sudah di luar kelas, saya melihat dari jendela, Nayla sudah ngobrol dengan teman sebangkunya. Untuk urusan ngobrol ini, Nayla memang nomor satu. Pesan saya kepada Nayla sebelum berangkat sekolah,”Nayla jangan ngobrol yang selama di kelas. Kalau gurunya lagi ngomong, dengerin, jangan ngobrol,”
Dengan enteng, Nayla jawab,”Enak banget, cuma ibu guru aja yang boleh ngobrol di kelas,” Duh, anak-anak, selalu aja punya jawaban.
Sekarang
sudah hari kedua. Saya hanya mengantar Nayla dan istri saya sampai depan
gerbang. Barusan (16 juli2013), istri saya kasih tahu, Nayla tadi nyanyi di depan
teman-teman barunya. Lagu Coboy Junior sama Cherrybelle. Seperti de ja
vu……. Sama sekali tidak menyangka, bayi mungil itu kini sudah memulai
perjalanan menuju dewasa.
Bulan Juni 2013, Nayla baru 6 tahun 8 bulan. Harusnya sih bisa lolos di SD Kuda Laut. Tapi, proses seleksinya ternyata bikin jantung copot.
Pada pengumuman hari pertama, Nayla ada di posisi 16. Hari berikutnya turun ke posisi 22. Wah, udah gawat ini. Karena, tahap pertama hanya akan ada 25 siswa yang dipilih melalui jalur umum.
Kalau tidak lolos, maka para orangtua murid akan ikut tahap kedua yaitu jalur lokal. Artinya, sekolah yang dipilih adalah sesuai dengan KTP. Karena KTP kami berdua di Cipinang Besar Utara, maka sekolah yang dipilih adalah di sekitar Jatinegara. Lumayan jauh dari rumah.
Hari ketiga pengumuman, sebenarnya sudah pasrah aja, di sekolah mana aja yang penting Nayla sekolah. Ketika pengumuman ditutup, nama Nayla ada di posisi 25, yup, posisi paling buncit untuk seleksi tahap pertama. Alhamdulillah, akhirnya bisa masuk SD favorit.
semangat nyampulin buku2 tulis barbienya |
Semua ritual itu selesai pada pukul 06.10. Lalu, mulailah kami menuju SD Kuda Laut. Perasaan senang, bangga, terharu melihat Nayla menggunakan seragam SD. Sepertinya belum lama saya diantar sekolah masuk SD oleh kedua orangtua saya. Sekarang, giliran saya yang merasakan itu.
my baby |
Ketika sudah di luar kelas, saya melihat dari jendela, Nayla sudah ngobrol dengan teman sebangkunya. Untuk urusan ngobrol ini, Nayla memang nomor satu. Pesan saya kepada Nayla sebelum berangkat sekolah,”Nayla jangan ngobrol yang selama di kelas. Kalau gurunya lagi ngomong, dengerin, jangan ngobrol,”
Dengan enteng, Nayla jawab,”Enak banget, cuma ibu guru aja yang boleh ngobrol di kelas,” Duh, anak-anak, selalu aja punya jawaban.
yaaaay duduk di bangku dewasa |
name tag ala nay, lengkap dengan hati, bintang & lope2 |
langsung maju nyanyi lagu coboy jr,sm Cherrybelle |
Komentar
Posting Komentar